السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Kita tak bisa memastikan kapan akan Mati - Yang pasti bahwa semua akan Mati "Orang paling pandai orang yang paling ingat akan masalah kematian (Sabda Rasulullah saw.)"

Curahan Rasio Ketika Diatas Normal

Ujung pena, Samping Kata, yang Menari - Nari


Kos salah satu temanku, di Tuban Kuta Bali, saat itu menjajakan diri demi sesuap nasi.
Selamat datang dikampus putih yang penuh dengan realitas irrasional, begitulah kalimat sambutan yang tepat untuk aku yang sudah dua minggu tidak muncul difakultas, setelah kuliah pertama disemester 4 saya. Dan aku tetap dalam kegelapan yang sangat, tentang banyak mata kuliah disemester 4 aku bertanya pada teman tentang mata kuliah yang telah disampaikan oleh dosen dari setiap mata kuliah. Dan mereka bertanya kepada saya kemana aja selama ini?”””tak pernah muncul dikampus, dikos kataku sedang sakit. memang itulah yang sedang saya alami beberapa minggu itu, hari itu begitu semangat menjalani kuliah pertama dikampus putih yang penuh dengan mahasiswa yang sensasional, fantastic, dan hedonisme. Menurut landasan kritik oto kritik kawan-kawanku dalam diskursus masyarakat kampus atas “study kasus kampus dan mahasiswa.” Semangatku sebenarnya Karena ingat dengan kata mamaku “anak kuliah dia-dia yo tau porong gelang taung, nuk ase gau suwar porong ngance kuliah gelang dia” (anak kuliah yang baik dan rajin ya supaya cepat lulus, ingat adekmu “suwar” supaya dia juga bisa kuliah cepat kalo sudah tamat dari SMAnya) itulah nasihat yang selalu saya ingat dan sewaktu-waktu membuat saya menangis bila mengingat suara ibu saya dalam telfon itu setelah dua minggu tidak pernah muncul dikelas disemester 4 saya. Kenyataan saya sebenarnya didunia kampus tidak mendapatkan pembelajaran yang baik, justru yang banyak memberikan banyak kontribusi pengetahuan adalah kawan-kawanku diorganisasi KMPD (keluarga mahasiswa demokrasi) dan yang menjadi ironisnya lagi saya dituntut oleh kebanyakan (tetangga pakar intelektual) untuk selalu hadir difakultas dan mengikuti perkuliahan. Yang tidak lazim dalam dunia belajar dan pembelajaran, datang, duduk, dengarin, dosen, diberi tugas, dan kumpulin tugas, MID semester, UAS. Dan begitulah kenyataan didunia kampus yang saya alami dari semester 1-4. Dan, saya tidak merasakan dinamika pendidikan dikelas justru yang ada saya terlihat seperti sikap apatis. dan larut dalam dinamika yang pragmatis itu, dan tidak relevan dengan tujuan dasar pendidikan. Yang bunyinya dalam UU 1945 tujuan dasar pendidikan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dan pendidikan yang saya enyam dikampus putih itu seperti bertolak belakang dengan UU 45 itu.

Dari teman-teman mahasiswa sebenarnya banyak yang paham akan realitas yang lazim didunia pendidikan di negeri ini. Pendidikan kita seolah menciptakan generasi yang tidak berkreasi karena pendidikan kita mengajarkan kepada kaum terpelajar sifat ketergantungan, itu terlihat dalam lingkungan pendidikan yang menonjolkan kesuksesan seorang yang dapat diterima dalam suatu instansi tertentu yang di pandang sebagai ukuran kepintaran dan keberhasilan seorang, dan lingkungan ini mempengaruhi pola fikir mahasiswa yang berakibat pada kesenjangan social dalam wilayah kampus antara yang sadar akan esensi pendidikan dan yang hanya menjual pendidikan seperti prodak yang sangat murah dan tanpa nilai moral sebenarnya. Seperti hal-nya seorang pengajar tidak menyampaikan pengetahuan dengan dinamika pendidikan, karena ada tekanan dari lembaga formalitas yang ditetapkan dengan kurikulum yang seperti mode pendidikan hindia-belanda dan bercorak penjajakan terhadap penjajahan lama. Kenyataan ini memunculkan kritis kawan mahasiswa yang memilih kesadaran human insting of education. Dan seolah kawan-kawan mahasiswa dibentuk dengan dua blok dengan penjajakan mode pendidikan yang tidak serasi dengan realitasnya. Antara masyarakat kampus yang pro dengan esensi pendidikan dan yang dijadikan robot dan prodak kampus putih.

Mungkin sampai disini dulu curahan rasio saya kali ini lewat wacana diatas harapan saya dari kawan-kawan mahasiswa atau siapapun yang membaca wacana saya ini dapat mengambil bagian untuk merangsang daya kritis atas situasi kampus kita dan mengkritiki tulisan kami bila tidak sesuai dengan kenyataan ataupun pandangan anda tentang yang sebenarnya didalam kampus baik pembacaan horizontal ataupun vertical “mahasiswa-kampus, kampus-nasional/Negara). Dalam penggalan teorinya guru Negara kita HEGEL mengatakan: memahami berarti mendamaikan. 
Saat harapan tak lagi ada tempat sandaran, pupusku menghanyutkan dalam bayang - bayang gelap, pekat hitam menghalangi sinar harapan yang telah lama terpelihara. Gambar di ambil di Rumah WATU LENDO - SIRU Lembor. Aku lelah ma' dengan semua ini.
Dalam hal ini saya paham sedikit akan situasi kampus maka saya rasa mempunyai kewajiban untuk menuangkan gagasan ini lewat topic diatas karena saya dari keluarga yang baik dan keluarga tidak banyak tahu-menahu tentang pengetahuan dan tidak pula melanggar nilai ilmu-pengetahuan ataupun tujuan pendidikan yang terpenting lagi tidak menghegemoni ilmu pengetahuan kepada siapapun, karena bagi kami “menyampaikan kebenaran adalah keharusan walaupun terasa pahit.” Karena itu berdampak baik dan memberi rahmat bagi alam semesta. Itulah mungkin bila kita menyadari dan mengimplimentasikan ilmu pengetahuan itu dengan tidak mengurangi porsi tujuan dan hakikinya.

Semoga kita jujur dalam berpendidikan amin……amiiiin 

Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono

Tidak ada komentar:

Baca juga topik dibawah ini:
Lihat kamus di Beranda!
DAFTAR EMAIL KAMU UNTUK BERLANGGANAN UPDATE Ujung Pena NS