السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Kita tak bisa memastikan kapan akan Mati - Yang pasti bahwa semua akan Mati "Orang paling pandai orang yang paling ingat akan masalah kematian (Sabda Rasulullah saw.)"

Bekerja Walau Tak Dianggap

Semoga kamu mengerti pengalamanku.

Pagi tadi baru saja pulang dari event, merasa jengkel dengan sepulang pagi tadi tidak biasanya orang yang kuhargai itu tidak menyapaku setiap pulang malam, enam hari berlalu kami selalu saling menyapa satu sama lain dengan sangat akrab, “Jhon kamu disana ya, nanti pagi aku baru balik kesana “ iya bang” hanya begitu sahutku” begitulah tandasnya setiap jam 02.30 setiap paginya, mulai pagi 08.30 aku sudah stay di taman budaya itu, namun ada yang beda dengan pagi tadi hari terakhir penyelenggaraan event, sembari menggeret tangan istrinya yang sudah lama menunggu disamping kirinya untuk diajak pulang, bola matanya terlihat berat, baru semalam ini saya melihat wajahnya di pendopo depan deretean stand – stand yang sudah kosong, setelah penjual mengemasi barang – barang mereka, depan sebelah kiri tiket box masih ada empat perempuan yang duduk dikursi belakang meja panitia pelayan tiket, bang ali masih mondar – mandir kesana kemarin sesekali berada dibelakang rumah besar budaya, tak ada bang Adhi dibelakang, “jhon ali nengdi” tanyanya padaku, “aku tidak tau om” sahutku, “di depan ada nggak?” tanyanya kemabali “iya om di depan” “oh iya ya, tadi kamu bilang di depan ya” iyakan aku udah bilang om depan, “hahahahahahaha” ngakaknya lebar, ali tipe manusia yang terlihat perfeksionis, tapi dia tidak bisa menyelesaikan pekerjaan – pekerjaan teknis, badannya besar, rambutnya mengkilt kinclong, kulit – kulitnya itam halus, bola matanya putih dilinggkari oleh itam – itam merah, menggambar dia pemalas, malamnya dihabiskan untuk gadang tidak produktif, dia hanya beruntung diuntungkan oleh kawan – kawan disekitarnya yang bekerja giat, dia ikut keciprat untuk yang tidak disadar oleh kawan – kawannya melibatkan dia untungnya mereka, ketika di depan saya dan kru lainnya tangannya selalu terpangku depan dadanya, sembari melotot kesana – kemari menebarkan kesan bijak dan pahlawan kesiangannya.

aku belum dibayar oleh adhi, dia selalu memberi uang receh padaku untuk membeli minuman diminimarket terdekat” bisikan hatiku yang tidak di dengar oleh adhi, aku jengkel, aku marah – marah, padahal aku sukses menghendel pekerjaanku, banyak yang memuji, dan tidak sedikit yang pecundang, tidak kerja tapi terlihat bagai pahlawan sejati, padahal tidak melakukan apa – apa, aku kerja malah mereka melihat langkah kakiku khendak apa yang akan ku kerja, tidak punya inisiatif, ketika kuperlihatkan inisiatifku, mereka malah beralih dariku, lalu ngobrol – ngobrol kecil disampingku bahwa saya nggak ada lelahnya, padahal aku menyembunyikan lelah sangat dalam dengan selalu tersenyum, maksudku memberikan contoh pada mereka tentang perjuangan hidup, bahwa untuk mencapai kesejahteraan hidup harus bekerja keras, karena prosedural dan struktural di demokrasi di negara ini begitu menyulitkan rakyatnya, saya mendengar dari aktivis – aktivis yang faham kesejahteraan bahwa rakyat indonesia harus sejahtera di bumi pertiwi ini, saya juga melihat pekerja bermalas – malasan, namun dipercaya oleh perusahaan yang mengelolah uang banyak. Di sayangkan putaran uang banyak dikelola oleh orang – orang yang tidak mutu, tidak bobot – bebet, ada lagi mereka tidak memiliki jiwa seni namun bisa kerja di bidang intertaint, aneh namun kenyataan ini selalu saja saya lihat di negeri demokrasi prosedural dan struktural ini, ini bagian kebobrokon cara bernegara yang maju pesat.

waktu itu dipercaya jadi kepala logistik di PT.HAP legian, Kuta Bali.
Baru saja saya menelfon adhi sebagai CEO event di taman budaya kemarin, “kapan aku dapat bayaran bang?, sekarang aku mengalami kesulitan keuangan” suaraku dengan penuh harap “besok ya jhon, tunggu ya, yang lain aja belum bayar” jawabnya “hahhh yang lain??” membuatku pusing, sebab yang kerja maksimal dan terlihat hasil kerjanya cuman saya untuk penyelenggaraan event di taman budaya itu. Yang lain tidak kerja, hanya gengsi sibuk memainkan gadgetnya, sembari menyombongkan diri bahwa merekalah yang mensuksesikan kerja itu, “hahahahahaha” aku tertwa sambil menengadahkan kebesaran hati, dan merendahkan sikap di depan manusia – manusia lemah namun sombong. Telah kuselesaikan tugasku sebagai pekerja terlihat dari depan gulungan karpet yang diapik flagban untuk menyambung bagian ujung setiap karpet yang terpisah saling menindih dan saling mengapit membuat mata – mata penyewa stand – stand puas sembari melontarkan kata – kata dari mulut mereka “keren, bagus, indah, dan ini artistik banget” de depan ada panggung pentas seni budaya, fashion show, musik, panggung yang membentuk hufuf “T” disamping kiri dan kanan dari depan terpasang lampu panggung yang mempertambah semarak intertain menggugah selera pengunjung mononton penampilan disetiap pemangggung yang memerankan lakonnya diatas panggung yang telah sukses ku karyakan itu. Malam itu aku sangat lelah disaat yang lain jalan – jalan semarak menonton gemerlap kelap – kelip warna lampu – lampu, dan warni – warni jualan yang menghiasi iklim taman budaya memanjakan mata, menghadirkan keindahan adalagi suara lantunan jaz yang dilantunkan penyanyi artis lokal dan nasional membuat mereka ikut menggoyangkan pinggulnya mengikuti irama musik jaz dan rock sampai jingkrak – jingkrak, membangunkan lelapku saat rock meneriakan suara lantang disusul pukulan bas yang menggetarkan kaca jendela yang tepat disamping pinggangku. “aduh pukimai nggak bisa tidur kalau begini ini” lirihku dalam capek, lelah dan rasa kantukku yang sangat mendera.

mas udah punya istri kamu?” suara itu bersumber dari sampingku, ku tengok oh ada bapak – bapak yang sedang menegok kopi dengan nikmat disampingku “belum pak” jawabku “tunggu apa lagi mas? udah sukses begini kok belum punya istri” sambungnya “aku belum sukses pak ‘hahahaha’ aku masih proses kerja dan sedang menabung pak aku punya cita – cita yang belum ku raih yang jelas cita – citaku ini lebih susah sesusah mendarat diplanet oleh amstrong perempuan itu akan mengejar – ngejar saya nanti kalau aku sukses. “oh iya mas maf ya” sahutnya kembali, “nggak apa – apa om” sahutku. Aku teringat seorang konglomerat punya jiwa patriotisme di kota kebudayaan pernah menasihatiku “jhon kamu buat kaya aja dirimu maka kamu nanti tidak akan peduli lagi dengan keluargamu yang menelantarkan dirimu, juga negara yang menelantarkan kamu” “iya mas” sahutku, kata – kata itu tegas namun aku selalu merindukan keperibadian seperti itu, walaupun banyak yang menceritakan keburukannya, tapi bagiku dia baik mengerti bernegara di negara berantah ini. Aku pasti balik mas kita buat cerita kita biarkan orang lain memcara cerita kita, cerita tentang cinta, disaat yang lain mengumbar kebencian dan memperparah konflik di tempat – tempat sumber penghidupan, dimana – mana ada kejahatan buah dari demokrasi prosedural – struktural, setan – setan menjelma di jiwa manusia – manusia otak – hati iblis. 

Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono

Tidak ada komentar:

Baca juga topik dibawah ini:
Lihat kamus di Beranda!
DAFTAR EMAIL KAMU UNTUK BERLANGGANAN UPDATE Ujung Pena NS