السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Kita tak bisa memastikan kapan akan Mati - Yang pasti bahwa semua akan Mati "Orang paling pandai orang yang paling ingat akan masalah kematian (Sabda Rasulullah saw.)"

Mengikuti Sekedar Sensasi

Saya datang kesuatu tempat dikota pendidikan kecil, dimana saudara – saudara etnis ada disitu mereka berkumpul satu rumah tinggal bersama kuliah dibeberapa kampus yang berbeda dikota kecil yang sejuk, saya memahami bahwa mereka sangat tertarik dengan segala yang melekat pada diri saya, awalnya mereka sangat angkuh namun saya tak berkata sekatapun lewat lisan, saya tau betul mereka anak – anak yang baru seumuran belia mengenal dunia internet masih sangat gandrung untuk mengakses dunia internet. Awal yang menyakitkan masuk kedalam pergaulan mereka yang segalanya penuh dengan gaya hedonisme, sedang mencari identitas dan membutuhkan pengakuan tentang kehebatan mereka dari luar diri masing – masing person, pertama kedatangan saya memperhatikan mereka tidak memilika dasar sebuah mode fashion, selang beberapa hari kemudian beberapa orang dari mereka mengikuti cara alias gaya berpakaian saya yang tidak sengaja kebetulan cocok dengan postur tubuh saya diujung celana jeans yang saya gunakan tepat kelihatan digulung dua gulungan berada diatas mata kaki, pertama karena alasan agama bahwa segala kain yang berada dibawa mata kaki hukumnya haram tempat dineraka setelah kematian untuk laki - laki, kemudian kedua saya merasa nyaman jika celana jeans yang saya kenakan digulung dengan dua gulungan tepat berada diatas mata kaki, dalam hati sangat geli terbahak – bahak cekakak – cekikikan memperhatikan tingkah mereka yang mengikuti gayaku yang spontan tanpa refrensi fashion dari manapun, sembari bertanya alasan apa mereka mengikuti gaya ini yang kebetulan, hanya saja waktu itu memiliki beberapa potongan pakaian termasuk dua celana yang saya belanja disebuah pusat perbelanjaan dikota itu kedua ujung kaki celana itu kepanjangan, tapi tak apa mereka mengikuti segala gaya yang melekat ditubuh ini siapa tau mereka fans, ada lagi tas yang saya gunakan untuk menyimpan beberapa potongan pakaian juga mereka tiru dengan membeli tas yang mirip dengan tasku, baju juga yang saya kenakan diminta, karena saya hanya memiliki beberapa koleksi potongan baju kaos makanya tidak saya berikan, padahal saya melihat mereka memiliki koleksi baju kaos bagus – bagus juga hems yang tidak kalah keren dengan milik para eksekutive hehehe.

Disuatu siang datang seorang tamu yang sedang menyelesaikan pendidikan pasca sarjana jurusan hukum disalah satu kampus terkenal di kota itu, sebut saja nama tamu itu Jenang, ka’e jenang begitulah saya menyapa akrab tamu yang datang dikontrakan saudara – saudara seetnis dikota kecil itu, tamu itu memulai pembicaraan seperti biasanya jika kedatangan tamu yang dipandang – pandang dan diketahui memiliki tingkatan strata pendidikan akademik lebih tinggi dari mereka sekontrakan maka mereka segan untuk memulai lebih awal pembicaraan, kalau mau bicara tunggu pembicaraan dari si pemilik strata pendidikan tinggi ini karena jenang waktu itu belum bicara maka mereka hanya diam, menunggu pembicaraan dari ka’e jenang baru mereka bicara, setelah pembicaraan sudah hampir bersuara semua menyuarakan tentang Bab skripsi, ada yang bilang skripsi lima bab, ada lagi yang bilang empat bab, seorang yang duduk dipojok dekat jendela depan saklar bilang enam bab, ditengah – tengah perdebatan tanpa refrensi dan tanpa pengetahuan itu lalu saya berusaha untuk terlihat bodoh padahal bodoh benaran biar dikira bodoh benaran hahaha, seorang melemparkan pertanyaan ditujukan pada saya yang sejak dari tadi menundukan  wajah sembari tertawa lebar terbahak – bahak dalam diam namun meronta memperhatikan tontonan kebodohan yang terpampang penuh percaya diri sejak awal, tidak hanya siang itu saya lihat, “pisa bab leng skripsi o da ka’e?” dengan nada menguji dan senyuman sindir penuh perasaan dan harapan agar saya tidak mampu dan tidak mengetahui bab skripsi standar pendidikan dikampus negeri, saya hanya diam perlahan – lahan mengangkat kepala yang sejak tadi tertunduk tegun memetik pelajaran meneguk hikmah bersama air ludah yang tertelan kedalam rongga tenggorokan dari perdebatan kusir tanpa dasar pengetahuan yang mereka pertontonkan, “Tiga bab” sahutku, yang bertanya tadi malah ketawa panjang lebar penuh olokan, cibiran, dan penghinaan yang tidak sangat menyakitkan. Karena saya tau betul dia belum pernah buat skripsi baru semester  tujuh dan orang ini berkeperibadian angkuh dan percaya diri tinggi juga kenyataan dirinya tidak punya pengetahuan, tidak memiliki skill, tidak mutu, sukanya hanya sensasi dan cari muka.

Pada kesempatan siang itu saya mengutip: “Generasi muda yang terdidik dipendidikan formal era abad 22 diindonesia asal manggarai sudah dipengaruhi oleh gaya bar – barian yang tidak terbendung, karena pendidikan tidak bisa mengendalikan kesadarannya sebab kesadaran itu tidak pernah ada niat dari dalam dirinya untuk memunculkannya dalam sebuah sikap moral layaknya orang terdidik, pendidikan itu hanya berlaku dalam diskusi kajian subjek saja tidak dengan penyederhanaan dalam sebuah tindakan, artinya tanpa meninggalkan bekas prilaku, tindakan, perbuatan dirinya dari efek moral pendidikan itu sendiri, kesadaran yang muncul adalah lingkungan kesadaran gaya barat yang sudah terbiasa menjadi kebiasaan lama yang telah terbiasa.” (Nacha Sujono at: 08.01 Malang, 13 januari 2016)

Pandean Malang

Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono

Tidak ada komentar:

Baca juga topik dibawah ini:
Lihat kamus di Beranda!
DAFTAR EMAIL KAMU UNTUK BERLANGGANAN UPDATE Ujung Pena NS