السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ Kita tak bisa memastikan kapan akan Mati - Yang pasti bahwa semua akan Mati "Orang paling pandai orang yang paling ingat akan masalah kematian (Sabda Rasulullah saw.)"

Weta "Fia" Guru Cerdas

anak ini harta nucahalale butuh kasih sayang
Sebelumnya saya ingin mengungkapkan dari lubuk hati paling dalam lewat kata – kata tulisan ini “terima kasih weta fia, weta fia bagiku sosok yang diutus allah swt saat kecilku untuk mengajarkan baca, jika allah swt. mengutus malaikat jibril untuk mengajarkan nabi muhammad membaca, maka allah swt mengutus weta fia untuk mengajarkan saya membaca’ yang efeknya bukan hanya menyambung huruf menjadi kata – kata, kalimat – kalimat, paragraf - paragraf” namun lebih dari itu saya dapat mengeja kehidupan yang tak dapat kupahami sebelum saya membaca buku – buku yang ditulis oleh pendahulu saya telah banyak mengunyah buku – buku telah banyak merasakan asam – garam, pahit – manis hidup di atas bumi allah indonesia yang katanya subur dan kaya akan SDA dan SDM ini. selalu mengeja hikmah hidup yang warna – warni kemarin bahagia yang belum sempatku cicipi sekarang sengsara namun ku cicipi kebahagian yang tak ternilai harganya, sengsara berasa bahagia “kerenkan? Kamu yang seperti saya harus bisa mengelola kesengsaan itu menjadi kebahagian, sebentar sengsara sesudahnya kebahagian, benar jika allah mengatakan dalam al-qur’an “tidaklah ada sebuah kesusahan kecuali sesudahnya kemudahan, kesengsaraan kecuali sesudahnya kecukupan kecukupan” karena hidup di dunia seimbang ada malam juga ada siang, sekarang bodoh besok pintar kalau belajar, sekarang miskin besok kaya jika berusaha kerja keras di iringi menjilat kebijakan semesta dengan memohon do’a – do’a agar tuhan memberikan secercah kebahagian pada manusia yang bermimpi sesudah lelah – lelah diujung kariyanya.
{I} Sosok Weta FIA dengan ketiga buah hatinya {I} "Guru adalah mata air tapi murid adalah sungai - sungai kehidupan yang mengalir ke muara lalu kelautan lepas, lalu terbang keawan menjadi butiran air hujan yang bisa menyuburkan hidup atau bahkan menimbulkan malapetaka banjir yang menghancurkan bahkan mematikan, lalu menjadi air mata."
Iwan Fals

Jika saya ditanya, siapa guru cerdas dalam hidupmu, akan menjawab “weta fia guru cerdas”, dan guru – guru saya yang lainnya wajar jika iri melihatku sekarang karena weta fia yang saya pilih sebagai guru cerdas punya andil besar juga sangat berarti dalam hidupku, yang mampu mengajarkan bagaimana menyambungkan huruf untuk mengeja dalam kata – kata dan menyambungnya dalam kalimat, paragraf – paragraf sehingga sekarang mengerti hidup dan menyelesaikan problem hidup melalui pemahaman dari buku – buku, saya mengeja kembali kehidupan ini, mengulang kembali pemahaman eja huruf saya mempraktikannya dalam kehidupan saya yang tidak dapat kupahami saat – saat gelap yang telah berlalu, sosok yang mengerti bagaimana cara mengajarkan anak yang memiliki potensi besar di dalam dirinya, weta fia waktu berlalu, aku menangkap dari tatapannya, pemahaman yang sangat dalam tentang cara mengajarkan pengetahuan, cara membaca yang cepat untuk saya fahami dan saya menyerap begitu cepat untuk saya praktekan cara membaca saat itu dibangku SD. Kalau guru lain ketika mengajarkan saya membaca tidak dapat kufahami karena dengan suara yang menakuti saya waktu itu ditangannya ada belahan bambu yang acap kali siap dipukulkan diatas kepalaku, di pundakku, di kedua tanganku, di pinggangku, di betisku, bahkan di mulutku, ada lagi guru yang menjepitkan kedua ujung jari telunjuk dan ibu jarinya di tengah hidungku, sampai air matak jatuh berderaian menelusuri pipi kesakitan. Bahkan semangat sekolah sebelum weta Fia datang pupus, semangat untuk kesekolah sama sekali hilang, karena disekolah tidak ada yang dapat memahami saya sebelum weta fia datang mengajar disekolahku, disekolah yang kurasakan kekerasan pada anak – anak sekecila aku, guru – guru merasa pintar tanpa mengerti bahwa dia tidak faham cara mengajarkan anak – anak agar dapat membaca.


Pagi itu ada berita gembira dari pojok indonesia
Lewat sentuhan seorang guru mudah sosok ibu, sosok guru, sosok penyayang, sosok pelayan, sosok pengayom, sosok empati, kalau caknun bilang sosok “cah angon” maka cah angon itu menurutku Weta Fia” dapat mengayomi siswanya saat itu, jika kamu melihat raut wajahnya pasti kamu betah untuk diajarnya karena wajahnya seolah berbicara jangan takut padaku, sini nak, sini sayang, sini dek, sini siswaku aku menyayangimu, kesan pertama yang membuat waktu itu nyaman dengan weta fia, raut wajahnya bersahabat, walaupun guru tapi bersahabat dengan siswanya, tidak ada keakuan sebagai guru oleh bahasa tubuhnya, dia datang sebagai teman disaat siswa – siswi tidak punya teman. Suatu ketika disiang itu lima belas tahun yang lalu “sini jono kamu harus belajar sembari dengan senyum bersahat ke arah saya” yang sejak tadi wajahnya kearah saya memperhatikan saya yang duduk di pojok kelas menyendiri seperti anak yang terlantar disekolahan karena tidak ada teman yang mau dekat denganku karena saya dianggap paling bodoh saat itu. “sini jangan takut” dengan langkah tegopoh – gopoh kuhampiri, dihatiku perasaan takut yang sangat dalam menyelimuti diriku. Sekali lagi dari mulutnya “mai nana mai belajar au ibu” baru kali ini saya mendengar seorang guru memanggilku seakrab weta Fia, sangat akrab dan terlihat sangat menyayangi, sangat memahami perasaanku yang takut pada semua guru saat itu. Tapi kali ini saya tidak takut dengan weta Fia, karena weta Fia pasang bahasa tubuh akrab dan raut wajah empati padaku. Sejak waktu itulah weta Fia mengajari saya membaca tak pernah bosan – bosan, walaupun susah ku fahami sebelumnya namun dia sabar tertatih – tatih mengajariku dengan lemah lembut dan kecerdasannya sehingga tiga bulan kemudian aku lancar membaca; menyambung huruf menjadi kata – kata, kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan menuliskan fikiran dan bacaanku kedalam kata – kataku, kata kata kedalam kalimat – kalimatku, kalimat – kalimat kedalam paragraf – paragrafku. Terima kasih weta atas kasih yang kau curahkan kepadaku, saya tidak akan pernah melupakanmu hingga saraf otakku berhenti bekerja untuk mengingat – ingat orang – orang yang punya andil dan berarti dalam setengah perjalanan hidupku.

Yang mau update Artikel ilmiah, Cerpen, Sajak, Puisi, Opini, Berita, Video dan Foto Follow twitter Nacha sujono

Tidak ada komentar:

Baca juga topik dibawah ini:
Lihat kamus di Beranda!
DAFTAR EMAIL KAMU UNTUK BERLANGGANAN UPDATE Ujung Pena NS